Advertisement
KUNINGAN - JOURNALGAMAS.COM,- Seorang kusir delman asal Cijoho Landeuh, Cecep Iqbal (28), menjadi korban kekerasan setelah kritikannya terhadap Bupati Kuningan di media sosial berbuntut panjang. Peristiwa itu terjadi pada Sabtu malam (20/9/2025) sekitar pukul 20.00 WIB di pos Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Taman Kota Kuningan.
Menurut keterangan saksi dan keluarga, Cecep dipanggil oleh seorang pria berinisial YO, yang mengaku sebagai “garda depan Bupati”. Tanpa ada dialog, Cecep langsung dipukul sebanyak tiga kali lalu dipaksa membuat video permintaan maaf kepada Bupati Kuningan. Peristiwa tersebut bukan hanya menimbulkan luka fisik, tetapi juga trauma psikologis bagi korban.
Malam yang biasanya ramai dengan aktivitas wisata berubah mencekam. Kritik Cecep terkait absennya tradisi pacuan kuda dalam rangkaian Hari Jadi Kuningan, yang diganti dengan lomba balap sepeda, justru berujung pada penganiayaan.
“Dia hanya bertanya kenapa pacuan kuda tidak ada, padahal Kuningan dikenal sebagai Kota Kuda. Malah dibalas dengan kekerasan. Kami keluarga sangat terpukul,” ungkap salah satu kerabat korban.
Paguyuban kusir delman Kuningan juga mengecam tindakan tersebut sebagai bentuk intimidasi yang bertentangan dengan prinsip demokrasi. Mereka menegaskan kritik masyarakat seharusnya ditanggapi dengan klarifikasi, bukan kekerasan.
“Kami minta pemerintah jangan bertindak sewenang-wenang. Kritik pedas itu harus dijawab dengan edukasi, bukan pembungkaman,” tegas salah seorang rekan korban.
Sejumlah aktivis mahasiswa turut mengecam peristiwa ini, menilai bahwa tindakan represif hanya akan mencoreng citra daerah. “Kalau rakyat kecil tidak boleh bersuara, demokrasi sudah mati. Kuningan tidak akan melesat kalau warganya dibungkam,” ujar salah seorang mahasiswa.
Kasus ini menunjukkan betapa rentannya ruang digital dijadikan arena represi. Kritik yang seharusnya menjadi bagian dari kebebasan berekspresi justru diperlakukan sebagai pelanggaran.
Ironisnya, sehari setelah kejadian, YO bukannya meminta maaf, tetapi menyebut tindakannya sebagai “konsekuensi” dari komentar Cecep yang dianggap berlebihan.
“Kalau kritik dibalas pukulan, itu bukan melesat ke depan, tapi mundur ke belakang,” tulis pernyataan bersama komunitas kusir delman.
Kini publik menunggu sikap tegas aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas kasus ini serta tanggapan Bupati Kuningan terhadap kritik warganya. Jika dibiarkan, bukan hanya kepercayaan masyarakat yang runtuh, tetapi juga kredibilitas slogan ‘Kuningan Melesat’ yang selama ini digembar-gemborkan pemerintah daerah.
/Red


